Sunday, February 15, 2009

Polisi Tangkap Pemain Bola

Jakarta 16 Februari 2009

Ketika di Depok Express dalam perjalanan menuju kantor di Thamrin, saya sempat membaca artikel kecil di salah satu harian olahraga. Disebutkan bahwa dalam suatu pertandingan sepak bola di Jawa Timur, Kapolda Jawa Timur Irjen Alex Bambang Riatmojo (hmmm baru kedengaran lagi, klu tidak salah bukannya Bpk Alex Bambang beberapa tahun yg lalu cukup terkenal ya…eh nongol2 jadi Kapolda Jateng) memberikan pengumuman pada saat awal pertandingan bahwa polisi tidak segan2 untuk menangkap dan menahan pemain, official atau pun penonton yang berbuat kerusuhan sesuai dengan UU yang berlaku.

Ingatan saya kembali ke berita beberapa hari yang lalu yang saya lupa diharian apa dan di kota mana bahwa polisi menahan pemain bola Nova Zainal dan yang satu lagi saya juga lupa, disebabkan mereka berdua berantem di lapangan bola.

Kedua hal ini menimbulkan pro kontra. Ada yang menyebutkan bahwa polisi bertindak terlalu jauh…bahwa untuk domain olahraga sudah ada aturan baku dari PSSI selaku induk olahraga jadi polisi tidak berhak untuk masuk ke lapangan dan menahan pemain ataupun official yang berbuat anarkis. Ada yang menilai tindakan ini arogan.

Terlepas pro kontra di masyarakan, menurut pendapat saya sih memang seharusnya pemain, official ataupun penonton yang bertindak anarkis langsung saja ditahan dan diproses secara hukum agar jera. Hukumnya sih tidak perlu yang terlalu “berat”. Sebagai contoh :
Misal ada pemain yang berantem di lapangan langsung aja ditahan di polisi dan dimasukkan ke penjara 1 hari saja. Bisa bebas dengan uang jaminan. Kenapa saya setuju tindakan ini? Karena kita sudah tahu bahwa di Indonesia ada konvergensi antara olah raga sepak bola dan tinju, tapi malangnya di 2 olahraga tersebut malah bukannya membuat prestasi yang hebat…di sepak bola….wah jangan ditanya, dengan Myanmar atau Singapore aja kita ampun2an…di olahraga tinju sekarang hanya ada Chris John. Jadi dengan ada shock therapy, pemain bola yg suka mukul harus masuk penjara 1 hari dan meningkat terus klu makin bandel. Jadi berantem se x masuk penjara 1 hari, berantem ke 2 masuk penjara 2 hari plus denda potong gaji, jadi mereka sadar bahwa mereka itu pemain bola bukan petinju dan klu gak kerja gak dapat gaji. Begitu juga official.
Penonton yang berantem juga harus ditahan, supaya tahu mereka nonton bola bukan lagi tawuran masal. Masak sudah merdeka dari tahun 1945 nonton bola aja masih pake otot gak pake otak, kapan majunya.

Terlepas pro kontra, saya cuma membayangkan kapan bisa nonton bola di Indonesia seperti liat siaran bola luar negeri di tivi, nonton penuh semangat dan yel2, ada cewek2nya, permainan bola yang aktratif tanpa kekerasan.

Maju sepak bola Indonesia.

2 comments:

  1. Seharusnya Ketua PSSI harus tegas dan jeli jangan hanya menyalahkan Polisi. Polisi kan tugasnya menjaga keamanan, kalau keributan dilapangan terus menjalar diluar apa PSSI mau ngurusin ? saya kira nggak lah jangan sok gengsi dan sok pintar, sebaiknya jajaran PSSI sekarang ganti semua dan benahi aturan yang benar serta di menej yang baik serta bertindak disiplin.Ngurus pemain aja nggak becus kok mau mencalonkan jadi tuan rumah piala Dunia ngaca Dong !!!

    ReplyDelete
  2. sepakat mas, karena menurut saya saat ini yg ngurus PSSI bukan org yg cinta bola tapi lebih condong utk menuh2in cv nya doank!

    ReplyDelete